AIR TERJUN CURUG MANDALA
POTENSI WISATA ALAM YANG MASIH TERBENGKALAI
( oleh : Krisyatin Halimah )
Air terjun curug Mandala adalah air terjun yang terdapat di daerah pegunungan yang letaknya tidak jauh dari pemukiman penduduk. Posisinya berada di Desa Mandala, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap. Namun curug Mandala tidak banyak dikenal orang karena letaknya yang cukup terpelosok tanpa diimbangi publikasi yang gencar. Sarana dan prasarana pun belum mendukung sehingga menyulitkan para wisatawan untuk datang mengunjungi curug Mandala.
Pengelolaan curug Mandala yang belum maksimal menjadikan
tempat wisata alam ini tidak banyak dilirik orang. Padahal panorama yang indah,
hawa yang sejuk dan suasana yang masih asri menjadikan curug Mandala sangat
potensial diolah dan dikembangkan menjadi daerah wisata alam andalan Kabupaten
Cilacap.
Curug Mandala merupakan wisata air terjun dengan aliran air
yang sejuk dan alami karena bersumber dari mata air pegunungan yang masih
perawan belum tersentuh oleh tangan-tangan jahil. Masyarakat di sekitar tempat
wisata curug Mandala sebenarnya cukup antusias dalam berpartisipasi
mengembangkan wisata alam air terjun curug Mandala. Namun demikian, pengunjung
wisata curug Mandala masih sangat sedikit. Dalam seharinya hanya ada sekitar 1 –
5 orang pengunjung saja. Memang pada hari-hari libur Nasional pengunjung curug
Mandala mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Itu pun didominasi oleh para
pengunjung lokal dari desa-desa di sekitar curug. Akses menuju wisata curug
Mandala dipenuhi pemandangan jalan-jalan yang rusak parah dan berlobang di
sana-sini. Bahkan pada tanjakan naik menuju desa Mandala, kondisi jalan semakin
rusak. Hanya kendaraan dengan kondisi yang prima yang mampu naik ke atas menuju
gerbang wisata curug Mandala.
Wisatawan yang sudah mencapai gerbang wisata curug Mandala dan membayar tiket masuk, masih harus berjalan kaki cukup jauh dengan kondisi semak belukar di kanan, kiri dan tengah jalan setapak. Kondisi yang sangat tidak nyaman bagi para wisatawan. Suasana sepi sepanjang jalan setapak di tengah-tengah hutan lindung meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada para wisatawan yang datang sendirian atau pun dalam rombongan yang kecil.
Wisatawan yang sudah mencapai gerbang wisata curug Mandala dan membayar tiket masuk, masih harus berjalan kaki cukup jauh dengan kondisi semak belukar di kanan, kiri dan tengah jalan setapak. Kondisi yang sangat tidak nyaman bagi para wisatawan. Suasana sepi sepanjang jalan setapak di tengah-tengah hutan lindung meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada para wisatawan yang datang sendirian atau pun dalam rombongan yang kecil.
Curug Mandala sempat ramai pengunjung pada tahun 2005 saat awal-awal dikembangkan sebagai daerah wisata. Namun pengelolaan dan perawatan yang tidak optimal menjadikan obyek wisata curug Mandala lambat laun menjadi sepi pengunjung. Bahkan kini tidak lagi dianggap sebagai daerah tujuan wisata yang diincar para wisatawan.
Mitos yang beredar di masyarakat menambah beban tersendiri
bagi para pengembang obyek wisata curug Mandala. Kabar burung yang banyak
beredar adalah curug Mandala sering meminta korban. Padahal kejadian yang
sebenarnya adalah kecerobohan para pengunjung pada saat berenang di kolam air
terjun curug Mandala. Ukuran kolam curug Mandala sekitar 10 m2 dengan kedalaman
3 meter.
Sementara itu tinggi air terjun adalah 40 meter. Sehingga ketidakhati-hatian pada saat berenang di kolam curug Mandala bisa menyebabkan pengunjung terseret ke dasar kolam.
Sementara itu tinggi air terjun adalah 40 meter. Sehingga ketidakhati-hatian pada saat berenang di kolam curug Mandala bisa menyebabkan pengunjung terseret ke dasar kolam.
Ada pula mitos yang beredar bahwa pasangan muda-mudi yang
sedang dimabuk asmara bila berkunjung ke curug Mandala, kelak sepulang dari
curug Mandala bakal dilanda konflik yang berakhir dengan putus cinta. Mitos
demikian cukup signifikan dalam menurunkan angka kunjungan wisatawan ke obyek
wisata curug Mandala.
Mitos lain yang beredar adalah bila ada pengunjung perempuan
ontang-anting ( anak semata wayang ) memakai pakaian berwarna putih atau
laki-laki sulung memakai pakaian berwarna hitam yang berenang ke tengah-tengah
kolam curug Mandala sendirian tanpa ada orang yang melihat atau menemaninya,
niscaya akan menjadi tumbal penunggu curug Mandala.
Mitos tersebut berawal dari kisah seorang gadis desa anak pegawai kelurahan yang kaya raya jatuh cinta kepada seorang perjaka tampan anak seorang janda yang pekerjaannya mencari kayu bakar di hutan. Perjaka tersebut adalah sulung dari lima bersaudara. Namun orang tua sang gadis tidak menyetujui hubungan cinta anak semata wayangnya dengan perjaka idamannya yang hanya anak seorang janda pencari kayu bakar di hutan. Walaupun demikian anak gadisnya tetap nekat mempertahankan hubungan cinta mereka. Akhirnya sang gadis bersama si perjaka sepakat pergi meninggalkan rumah ( minggat ). Tetapi di tengah perjalanan, sang gadis tergelincir masuk ke dalam kolam curug Mandala.
Warga sekitar curug meyakini bahwa arwah mereka kini menjadi penunggu kolam air terjun curug Mandala.
Mitos tersebut berawal dari kisah seorang gadis desa anak pegawai kelurahan yang kaya raya jatuh cinta kepada seorang perjaka tampan anak seorang janda yang pekerjaannya mencari kayu bakar di hutan. Perjaka tersebut adalah sulung dari lima bersaudara. Namun orang tua sang gadis tidak menyetujui hubungan cinta anak semata wayangnya dengan perjaka idamannya yang hanya anak seorang janda pencari kayu bakar di hutan. Walaupun demikian anak gadisnya tetap nekat mempertahankan hubungan cinta mereka. Akhirnya sang gadis bersama si perjaka sepakat pergi meninggalkan rumah ( minggat ). Tetapi di tengah perjalanan, sang gadis tergelincir masuk ke dalam kolam curug Mandala.
Warga sekitar curug meyakini bahwa arwah mereka kini menjadi penunggu kolam air terjun curug Mandala.
Terlepas dari berbedarnya banyak mitos yang tidak benar, curug Mandala merupakan obyek air terjun yang potensial dikembangkan menjadi daerah wisata alam. Namun pengembangan obyek wisata curug Mandala ini tampak belum maksimal. Sehingga obyek wisata ini menjadi terbengkalai seperti tidak terawat. Obyek wisata curug Mandala bila dikembangkan dengan serius dapat menjadi daerah wisata yang menarik, karena masih banyak lahan kosong di sekitar tempat wisata yang bisa ditata dan diolah menjadi lebih indah dan menarik.
Jalan setapak yang cukup panjang yang terbentang dari pintu masuk obyek wisata hingga tiba di kolam air terjun dapat dikembangkan menjadi agrowisata, misalnya dengan dikembangkan menjadi taman bunga, taman buah atau sebagai tempat penangkaran tanaman bunga Wijayakusuma yang merupakan lambang dan sekaligus bunga kebanggaan Kabupaten Cilacap. Sehingga wisatawan tidak jenuh menikmati panjangnya jalan setapak yang harus mereka lalui untuk menuju kolam air terjun curug Mandala.
Selain perbaikan jalan setapak, banyak bangunan yang perlu diperbaiki dan ditambahkan. Bangunan kamar mandi dan WC yang sudah rapuh dan dipenuhi banyak kotoran, sampah dan rumput ilalang perlu segera dibenahi.
Demikian pula perlu dibangun lapak-lapak pedagang, mushalla dan tempat bersantai para wisatawan seperti saung dan gazebo.
Daerah sekitar kolam curug Mandala dapat pula dibangun taman-taman, tempat outbond dan tempat bermain anak-anak tanpa merusak keaslian air terjun, kolam dan daerah aliran sungainya. Sehingga ke depannya obyek wisata curug Mandala berpotensi dimekarkan menjadi multiwisata meliputi agrowisata, area bermain, tempat outbond, wisata edukasi, wisata budaya dan lain sebagainya.
Publikasi dapat digencarkan melalui berbagai media, seperti media cetak, media elektronik dan media online. Bila penataan obyek wisata curug Mandala lebih rapi, cantik dan menarik, niscaya angka kunjungan para wisatawan bisa terus meningkat.
Kesadaran warga sekitar daerah wisata curug Mandala dan keseriusan Pemerintah dalam menata ulang obyek wisata curug Mandala perlu untuk diwujudkan dalam langkah nyata, tidak hanya sebatas teori atau wacana yang timbul dan tenggelam tanpa kejelasan.
http://www.cilacapkab.go.id/v2/files/2014_09_hut_korpri_krisyatin_halimah.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar