Lokomotif Kereta Uap seri C 1411 yang pernah dipakai Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS).
Jembatan untuk SDS di Patikraja.
Kereta Uap SDS melintasi persawahan.
Kereta Uap SDS di daerah Selokromo, Wonosobo
Jembatan untuk SDS di daerah Sokaraja
Serajoedal Stoomtram Maatschappij, disingkat
sebagai SDS atau SDSM, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "Perusahaan
Kereta Uap Lembah Serayu", adalah sebuah perusahaan kereta api yang melintasi
lembah
Serayu dan menghubungkan kota-kota Maos, Patikraja, Purwokerto, Sokaraja,
Purbalingga, Klampok, Mandiraja, Banjarnegara, sampai Wonosobo. Pembangunan
jalur ini tidak dibangun secara bersamaan tapi dalam tiga tahap. Pembangunan
jalur SDS menelan biaya sebesar 1.500.000
Gulden yang
dibiayai oleh perusahaan pembiayaan Financiele Maaatscappij van
Nijverheidsondernemingen in Ned. Indies dan proyek ini dipimpin oleh Ir. C.
Groll. Jalur kereta ini dibangun atas dasar kepentingan ekonomi Belanda, dengan
memberikan fasilitas transortasi yang cepat dan murah untuk
perusahaan-perusahaan pemerintah Belanda, khususnya perusahaan perkebunan gula.
Lokomotif yang
pernah dipakai
Produksi Buyer Peakock C1401-C1414 (14 lokomotif)
Produksi Hartmann (Richard Hartmann) D1007-D1011 (5 lokomotif)
Kereta api Serayu diresmikan pada tahun 1985. Awalnya kereta
itu bernama Galuh yang melayani perjalanan dari
Banjar ke
Sidareja. Namun kemudian berubah menjadi KA Citrajaya (CIlacap-JAkarta raYA)
dan rutenya diperpanjang ke
Cilacap dan
Jakarta. Tahun 1992, trayeknya diperpendek dari Jakarta hanya sampai
Kroya
dan berganti nama lagi menjadi KA Cipuja (CIlacap-Purwakarta-Jakarta). Tahun
1997 namanya diganti lagi menjadi KA Serayu hingga sekarang. Pada tahun
2013, perjalanan KA
Serayu diperpanjang sampai
Stasiun Purwokerto.
AIR TERJUN CURUG MANDALA
POTENSI WISATA ALAM YANG MASIH TERBENGKALAI
( oleh : Krisyatin Halimah )
Air terjun curug Mandala adalah air terjun yang terdapat di daerah pegunungan
yang letaknya tidak jauh dari pemukiman penduduk. Posisinya berada di Desa
Mandala, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap. Namun curug Mandala tidak
banyak dikenal orang karena letaknya yang cukup terpelosok tanpa diimbangi
publikasi yang gencar. Sarana dan prasarana pun belum mendukung sehingga
menyulitkan para wisatawan untuk datang mengunjungi curug Mandala.
Pengelolaan curug Mandala yang belum maksimal menjadikan
tempat wisata alam ini tidak banyak dilirik orang. Padahal panorama yang indah,
hawa yang sejuk dan suasana yang masih asri menjadikan curug Mandala sangat
potensial diolah dan dikembangkan menjadi daerah wisata alam andalan Kabupaten
Cilacap.
Curug Mandala merupakan wisata air terjun dengan aliran air
yang sejuk dan alami karena bersumber dari mata air pegunungan yang masih
perawan belum tersentuh oleh tangan-tangan jahil. Masyarakat di sekitar tempat
wisata curug Mandala sebenarnya cukup antusias dalam berpartisipasi
mengembangkan wisata alam air terjun curug Mandala. Namun demikian, pengunjung
wisata curug Mandala masih sangat sedikit. Dalam seharinya hanya ada sekitar 1 –
5 orang pengunjung saja. Memang pada hari-hari libur Nasional pengunjung curug
Mandala mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Itu pun didominasi oleh para
pengunjung lokal dari desa-desa di sekitar curug. Akses menuju wisata curug
Mandala dipenuhi pemandangan jalan-jalan yang rusak parah dan berlobang di
sana-sini. Bahkan pada tanjakan naik menuju desa Mandala, kondisi jalan semakin
rusak. Hanya kendaraan dengan kondisi yang prima yang mampu naik ke atas menuju
gerbang wisata curug Mandala.
Wisatawan yang sudah mencapai gerbang wisata curug Mandala dan membayar tiket
masuk, masih harus berjalan kaki cukup jauh dengan kondisi semak belukar di
kanan, kiri dan tengah jalan setapak. Kondisi yang sangat tidak nyaman bagi para
wisatawan. Suasana sepi sepanjang jalan setapak di tengah-tengah hutan lindung
meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada para wisatawan yang datang sendirian atau
pun dalam rombongan yang kecil.
Curug Mandala sempat ramai pengunjung pada tahun 2005 saat awal-awal
dikembangkan sebagai daerah wisata. Namun pengelolaan dan perawatan yang tidak
optimal menjadikan obyek wisata curug Mandala lambat laun menjadi sepi
pengunjung. Bahkan kini tidak lagi dianggap sebagai daerah tujuan wisata yang
diincar para wisatawan.
Mitos yang beredar di masyarakat menambah beban tersendiri
bagi para pengembang obyek wisata curug Mandala. Kabar burung yang banyak
beredar adalah curug Mandala sering meminta korban. Padahal kejadian yang
sebenarnya adalah kecerobohan para pengunjung pada saat berenang di kolam air
terjun curug Mandala. Ukuran kolam curug Mandala sekitar 10 m2 dengan kedalaman
3 meter.
Sementara itu tinggi air terjun adalah 40 meter. Sehingga ketidakhati-hatian
pada saat berenang di kolam curug Mandala bisa menyebabkan pengunjung terseret
ke dasar kolam.
Ada pula mitos yang beredar bahwa pasangan muda-mudi yang
sedang dimabuk asmara bila berkunjung ke curug Mandala, kelak sepulang dari
curug Mandala bakal dilanda konflik yang berakhir dengan putus cinta. Mitos
demikian cukup signifikan dalam menurunkan angka kunjungan wisatawan ke obyek
wisata curug Mandala.
Mitos lain yang beredar adalah bila ada pengunjung perempuan
ontang-anting ( anak semata wayang ) memakai pakaian berwarna putih atau
laki-laki sulung memakai pakaian berwarna hitam yang berenang ke tengah-tengah
kolam curug Mandala sendirian tanpa ada orang yang melihat atau menemaninya,
niscaya akan menjadi tumbal penunggu curug Mandala.
Mitos tersebut berawal dari kisah seorang gadis desa anak pegawai kelurahan yang
kaya raya jatuh cinta kepada seorang perjaka tampan anak seorang janda yang
pekerjaannya mencari kayu bakar di hutan. Perjaka tersebut adalah sulung dari
lima bersaudara. Namun orang tua sang gadis tidak menyetujui hubungan cinta anak
semata wayangnya dengan perjaka idamannya yang hanya anak seorang janda pencari
kayu bakar di hutan. Walaupun demikian anak gadisnya tetap nekat mempertahankan
hubungan cinta mereka. Akhirnya sang gadis bersama si perjaka sepakat pergi
meninggalkan rumah ( minggat ). Tetapi di tengah perjalanan, sang gadis
tergelincir masuk ke dalam kolam curug Mandala.
Warga sekitar curug meyakini bahwa arwah mereka kini menjadi penunggu kolam air
terjun curug Mandala.
Terlepas dari berbedarnya banyak mitos yang tidak benar, curug Mandala merupakan
obyek air terjun yang potensial dikembangkan menjadi daerah wisata alam. Namun
pengembangan obyek wisata curug Mandala ini tampak belum maksimal. Sehingga
obyek wisata ini menjadi terbengkalai seperti tidak terawat. Obyek wisata curug
Mandala bila dikembangkan dengan serius dapat menjadi daerah wisata yang
menarik, karena masih banyak lahan kosong di sekitar tempat wisata yang bisa
ditata dan diolah menjadi lebih indah dan menarik.
Jalan setapak yang cukup panjang yang terbentang dari pintu masuk obyek wisata
hingga tiba di kolam air terjun dapat dikembangkan menjadi agrowisata, misalnya
dengan dikembangkan menjadi taman bunga, taman buah atau sebagai tempat
penangkaran tanaman bunga Wijayakusuma yang merupakan lambang dan sekaligus
bunga kebanggaan Kabupaten Cilacap. Sehingga wisatawan tidak jenuh menikmati
panjangnya jalan setapak yang harus mereka lalui untuk menuju kolam air terjun
curug Mandala.
Selain perbaikan jalan setapak, banyak bangunan yang perlu diperbaiki dan
ditambahkan. Bangunan kamar mandi dan WC yang sudah rapuh dan dipenuhi banyak
kotoran, sampah dan rumput ilalang perlu segera dibenahi.
Demikian pula perlu dibangun lapak-lapak pedagang, mushalla dan tempat bersantai
para wisatawan seperti saung dan gazebo.
Daerah sekitar kolam curug Mandala dapat pula dibangun taman-taman, tempat
outbond dan tempat bermain anak-anak tanpa merusak keaslian air terjun, kolam
dan daerah aliran sungainya. Sehingga ke depannya obyek wisata curug Mandala
berpotensi dimekarkan menjadi multiwisata meliputi agrowisata, area bermain,
tempat outbond, wisata edukasi, wisata budaya dan lain sebagainya.
Publikasi dapat digencarkan melalui berbagai media, seperti media cetak, media
elektronik dan media online. Bila penataan obyek wisata curug Mandala lebih
rapi, cantik dan menarik, niscaya angka kunjungan para wisatawan bisa terus
meningkat.
Kesadaran warga sekitar daerah wisata curug Mandala dan keseriusan Pemerintah
dalam menata ulang obyek wisata curug Mandala perlu untuk diwujudkan dalam
langkah nyata, tidak hanya sebatas teori atau wacana yang timbul dan tenggelam
tanpa kejelasan.
Cilacap merupakan wilayah yang terletak paling barat di bagian selatan Provinsi
Jawa Tengah dan mempunyai wilayah terluas dibandingkan kabupaten/kota yang
lainnya, dengan luas kurang lebih 213.850 hektar. Secara geografis berada
diantara 1000 4’ 30” Bujur Timur, 70 30’ – 70 45’ 20” Lintang Selatan, secara
administratif berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banyumas
disebelah timur, samodera Hindia disebelah selatan, kabupaten Ciamis dan
Kabupaten Subang(Provinsi Jawa Barat) disebelah barat, dan disebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Brebes. Suhu Maksimum 34,20 C dan suhu minimum 30,20
C.
Curug Mandala terletak di desa Dondong kecamatan Kesugihan,kabupaten Cilacap.
Wisata air terjun yang satu ini banya dikunjungi saat-saat liburan panjang.
Walau medan yang dilalui cukup susah, katanya sih,saya belum pernah kesana
soalnya, heheehe. Tapi antusias pengunjung tidak pudar karena memang air
terjunnya sangat indah.
Curug Mandala Cilacap adalah wisata air terjun yang berada Desa Dondong, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Jarak Curug Mandala dari Pusat Kota Cilacap Cukup lumayan jauh. Selain jauh, jalan menuju Curug Mandala sangatlah rusak dan tanjakan turunannya sangat terjal. Sampai - sampai wisatawan yang membawa sepeda motor yang ingin ke Curug harus menggunakan gigi 1 (satu) untuk dapat naik ke tanjakan yang sangat terjal.
Untuk masuk ke Obyek wisata tarif yg dikeluarkan oleh para wisatawan hanya (Rp.5000 - Minggu)(Rp.3.000- Hari biasa) . Tetapi tantangan belum selesai untuk Pusat Curug Mandala wisatawan harus jalan kaki sejauh 1 km dan melewati ribuan anak tangga.
Pertama saya kesana bersama Imam, Devi, dan Yayan. Saya sangat senang sekali karna saat itu saya baru pertama kesana.
Kedua saya kesana dengan Imam dan Crew Medition (Multimedia Organization) untuk membuat film Produksi : Medition.
Ketiga saya kesana hanya berdua dengan Imam Mustofa, tapi yang ini berbeda. Kami ke Curug Mandala bukan lewat jalur wisatawan, tetapi kami lewat jurang yg di bawahnya ada aliran air Curug Mandala. Kami berdua pun lewat situ, tetapi di tengah - tengah jalan kaki saya keluar darah, karena tergores batu ..
itulah pengalaman saya yang uda 3 (kali) ke Curug Mandala...